Mapres yang Bukan Mapres

Mahasiswa Berprestasi?

Well.. bagiku yang lebih senang kuliah dan nugas dengan nyantai sambil nulis ga jelas, menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi (Mapres) merupakan hal yang tak pernah sedikitpun terbesit di dalam pikiran. SUMPAH DAH! Seorang Mapres memang harus menjadi unggulan baik didalam maupun diluar akademik. IP dan IPK yang nyaris menyentuh angka 4,00 dan minimal memiliki 10 prestasi yang diraih selama kuliah (Ini serius. Minimal banget 10. Di pedomannya begitu) dan segudang pencapaian luar biasa lainnya.

Oke cukup sampai di sini.

Aku yang pagi itu baru sadar dan pulih dari kelelahan yang menerpa setelah melaksanakan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) di Subang, kaget karena mendengar suara notifikasi “khusus” Whatsapp.

‘Ting’

Firasat tidak enak seketika menerpa hati. Serius ini. DEG! Kemudian aku membuka pesan tersebut. Dan..........

Ya. Aku diinstruksikan untuk mengikuti Pemilihan Mapres (Pilmapres) di tingkat Program Studi (Prodi).

Aku istighfar.
Allah Maha Besar. Maha Kuasa.

WOY!!! Ini gimana caranya 4 hari bikin KTI dengan tema yang sudah ditentukan begini?! Belum lagi harus dipresentasikan. Dan harus memiliki kemampuan berbahasa asing (diutamakan bahasa Internasional PBB) yang mumpuni. PANIK DONG WKWK. Kala itu rasanya ingin menghujat keadaan tapi dipikir-pikir percuma juga. HAHAHA.

Akhirnya dengan masih kebingungan karena taun lalu ga ikut Pilmapres dan sebenerya ga pernah mau ikutan Pilmapres, aku nyoba nyusun kerangka dan mencari permasalahan apa yang mau dibahas. Dimulai dari mencari pengertian dari tema Mapres tentang Sustainable Development Goals (SDGs), maksud dan tujuannya, juga berbagai macam informasi yang mungkin relevan dengan SDGs dan keilmuan yang sedang aku dalami yakni mengenai Perpustakaan. Selama 3 hari, aku susun semua materi yang dipahami, dihubungkan dengan Perpustakaan hingga aku temukan masalah dan bagaimana solusinya. Hasilnya? Tidur ga nyenyak selama 3 hari. Nuhun :)

Hari itu tiba. Hari ketika aku harus mempresentasikan hasil dari KTI yang telah dibuat. GILA PARAH RASANYA. KEK MAU DISIDANG GITU WKWKWK. Parno, degdegan, keringetan, sakit perut, sampe ingin loncat dari lt. 2 Prodi. *Oke yang terakhir becanda :(* Udahlah. Ga ngerti lagi. H-1 tenang banget kek besoknya ga ada apa-apa. Pas hari H, malah kek ingin balik aja gitu ke rumah. HAHAHA.

Akhirnya giliranku masuk.
Presentasi.
Pertanyaan.
Jawab. Seadanya. Sepahamnya. Dengan B. Inggris ala kadarnya.
Aku pun keluar dari ruangan.

GILA KELUAR RUANGAN LEMES LAH. HAHAHA. Padahal pertanyaan yang dikasih ga susah sebenernya. B. Inggris-nya pun masih bisa aku pahami dengan sekali denger. Tapi degdegannya itu loh udah ga paham lagi. Apalagi entar kalo sidang skripsi woy. WKWKWK.

Peserta Pilmapres Prodi yang terdiri dari 5 orang itu, disuruh untuk menunggu. Degdegan kita semua. Saling nebak dan nuduh siapa yang bakal lolos. Kemudian sampai pada saat pengumuman.

Kita semua disuruh masuk ruang presentasi.
Baris. Kek mau pengumuman tentang Yudisium.

“Baik. Berdasarkan hasil penjurian, maka yang berhasil lolos mewakili Prodi untuk kegiatan Pilmapres tingkat Fakultas adalah mahasiswa dengan NIM 16.... 03.... 695. Ya, Selamat!”

Istighfar. Hamba Istighfar sebanyak-banyaknya. YA ALLAH, KOK YANG LOLOS AKU?!

Dari situ langsung reflek jongkok sambil nengok ke belakang. Berusaha meyakinkan diri bahwa ini pasti cuma mimpi. Atau menyangkal semua dengan berasumsi bahwa keknya salah nyebutin NIM deh. Tapi sayangnya ngga.

Ga yakin harus bersyukur atau malah menghujat keadaan. Kenapa aku yang lolos? Kenapa ga orang lain? Masa yang kek aku gini mapres? Allahuakbar... Allah Maha Besar. Ada yang begini ya.....

Hari itu rasanya males banget buat pulang. Kaget. Masih berharap semuanya adalah kesalahan. Aku cuma bisa bengong sambil makan konsumsi yang tadi dikasih. Tapi tetep rasanya hampa banget. Merasa ga cocok, merasa berat, dan juga masih shock. Tapi untungnya banyak pihak yang meyakinkan hati ini agar terus berjuang. Ya.. seengganya semangat balik lagi lah.

Begitulah. Pada akhirnya memang akulah yang lolos. Tapi di sisi lain aku masih tidak merasa bahwa aku layak menjadi Mapres. Masih banyak yang belum aku ketahui. Masih banyak yang harus aku pelajari. Masih banyak yang ternyata masih harus aku asah, terutama dalam kemampuan untuk menulis secara ilmiah. B. Inggris masih kacau. Prestasi pun tidak banyak.

Hidup kadang penuh dengan aneka macam kejutan. Seperti ini. SEBUAH KEJUTAN :)) Kaget. Parah. PARAH. HAHAHAHAHA. Aku tidak merasa bahwa aku pintar. Bahkan tidak sedikitpun aku merasa bahwa aku adalah Mapres. Boro-boro mikirin jadi Mapres. Apa itu Mapres.....

Di sini ada pelajaran yang (mungkin) bisa diambil. Pertama. Apapun bisa terjadi jika Allah sudah berkehendak. Kedua. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Meskipun waktu sebelum presentasi hanya sekitar 3-4 hari, tapi apabila dimaksimalkan ya bisa aja ternyata. Ya.. Meskipun harus mengorbankan jam tidur dan waktu liburan sih. Dan yang ketiga. Sekali lagi. Apapun bisa terjadi jika Allah sudah berkehendak.

Btw, terimakasih kepada 4 rekan lainnya yang sudah mau ikut berjuang bersama untuk Pilmapres kali ini. Nuriska Garnitasari, Mahda Aulia Prasetia, Rusdan Kamil, Muhammad Haidar. Dengan penuh kebingungan... Akhirnya udahan juga. Meskipun ya.... ya gitulah. Malah puas bully aku dah kalian semua :'))


Yup, that's all. Ini sih curhat ya. Yaudah gpp *Keknya yg paham bakal ketawa nih.

Thanks for all attention readers!
See u on the next post!

Salam,
Mapres yang bukan Mapres.

2 komentar:

  1. Hebat hafsah! Allah selalu tau yg terbaik buat semua hambanya! Teruslah mengispirasi :) hidup perpus indo!

    BalasHapus

Mungkin Kamu Tertarik~

Apa yang Kami Lakukan di Bali? Sebuah Catatan Perjalanan

Saya baru saja kembali sehabis perjalanan Bandung – Bali selama satu minggu menggunakan bis. Iya. Bis. Sungguh perjalanan yang melelahk...